Kamis, 05 Februari 2009

Indonesiaku.... Aku Menangis....


Aku menatap layar televisi dengan pandangan hampa. Badanku terdiam, mulutku juga tertutup rapat. Tapi dalam hati aku merasakan sakit yang tak terperih. Batinku miris melihat kondisi bangsaku yang kian hari kian carut-marut. Sebegitu besarkah dosa yang dibuat negara yang sangat aku cintai ini, sehingga berbagai macam masalah dan bencana tak henti-hentinya melanda Indonesia?

Aku memang salah satu orang beruntung yang tak pernah merasakan tidak enaknya dilanda banjir. Tapi melihat beban dan penderitaan saudara-saudaraku di belahan permukaan Indonesia lain yang tempat tinggalnya dilanda banjir, aku sampai tak mampu menggambarkan bagaimana prihatinnya diriku. Bahkan seketika aku berkhayal, andaikan aku telah lulus kuliah dan menjadi geodet yang luar biasa, aku ingin menerapkan sistem drainase yang tidak memungkinkan terjadi banjir, atau mengadopsi sistem pengairan Belanda yang membuat negara itu aman walaupun secara geografis berada lebih rendah dari permukaan laut. Oh, seandainya aku mampu mewujudkannya....

Namun aku segera tersadar dan mendapati bahwa diriku hanyalah seorang mahasiswa semester satu yang belum tahu apa-apa. Mungkin terlalu jauh berangan-angan kalau diriku adalah salah satu orang yang berpengaruh dalam penanganan bencana di negeri ini, tapi apa salahnya bermimpi selama mimpi itu adalah awal untuk meraih segalanya?
Itu baru banjir. Tanah longsor juga belum henti menunjukkan amukannya. Rumah-rumah yang terletak di tebing bantaran sungai terancam terjatuh lantaran tanah yang menyangga mereka ambruk karena dihajar hujan selama berhari-hari. Bayangkan, seandainya tempat tinggal kita yang mengalami nasib demikian, bagaimana perasaan kita? Tentunya kita hanya dapat menyalahkan alam, memaki-maki keadaan, atau mencala Yang Di Atas... Bayangkan, bayangkan kalau itu yang melanda kita....
Padahal, itu semua baru bencana "kecil". Coba ingat tragedi yang menimpa Aceh tanggal 26 Desember 2004. Kala itu, gelombang setinggi puluhan meter menghancurkan Aceh hingga berkilo-kilo dari tepi pantai. Tsunami yang ganas membinasakan semua yang ada di sana.
Masalahnya, bencana tsunami sangat mungkin terjadi lagi di Indonesia. Posisi yang tidak menguntungkan karena berada di antara tiga pertemuan lempeng tektonik -Eurasia, Pasifik, dan Indo Australia- membuat potensi gempa di Indonesia menjadi sangat besar. Tabrakan lempeng-lempeng itu sangat memungkinkan terjadinya tsunami di masa yang akan datang. Faktanya, pascatsunami Aceh, Pangandaran dan Cilacap mengalami bencana serupa. Tapi, tentunya kita berharap bencana mengerikan itu tak lagi memakan korban di Indonesia.

Masalah alam tak kunjung usai, masalah sosial seolah tak mau ketinggalan menampakkan beritanya di televisi. Kita boleh mengaku sebagai negara demokratis, tapi apakah demokrasi di negeri ini sudah diterapkan dengan benar atau hanya sebatas formalitas untuk membuat pemikiran rakyat semakin rancu antara "kebebasan" dengan "kebablasan"? Aku yakin ini akan menjadi tugas yang berat untuk pemerintah Indonesia, sekarang dan untuk ke depan.

Aku memang mahasiswa Teknik yang tak tahu apa-apa mengenai birokrasi negeri ini yang semakin lama semakin tak jelas arah tujuannya. Tapi paling tidak aku peduli dan ingin tahu akan semua keadaan di Indonesia, dan di masa depan aku ingin berperan dalam mewujudkan negeri yang makmur di tanah air Indonesia...

Tapi maafkan jika aku skeptis. Kasus terbaru di Medan, Sumatera Utara kemarin semakin membuatku ingin menangis melihat kondisi bangsaku. Bagaimana tidak, kasus pemimpin dibunuh rakyatnya sendiri masih terjadi di jaman sekarang ini? Dan alasan yang melandasi niat mereka sungguh tak dapat diterima -paling tidak olehku. Mereka "hanya" menuntut pemekaran wilayah Provinsi Tapanuli.

Sekarang aku ingin bertanya, apakah dengan alasan itu mereka layak mengorbankan nyawa seorang ketua DPRD???!!!!

Sekali lagi, aku hanya mahasiswa Teknik yang sebenarnya tak cukup pantas menyampaikan pendapatku mengenai politik. Kalaupun tulisanku ini dibaca oleh orang politik yang pro dengan niat massa -pembentukan Provinsi Tapanuli- aku pasti dicerca habis-habisan. Tapi kembali aku tegaskan, ini hanyalah wujud kepedulian dari seorang anak bangsa yang menginginkan kemakmuran di negerinya. Aku di sini berbicara bukan sebagai pengamat politik atau kaum intelektual. Aku hanya berbicara sebagai seorang rakyat biasa. Jadi maaf saja jika tulisanku ini tak mempunyai cukup kekuatan untuk diperdebatkan.

Aku juga mengerti benar, tidak mudah memimpin sebuah negara yang sangat luas di mana dalam setiap rezim di negara itu selalu saling mewariskan masalah yang kompleks untuk pemerintahan berikutnya. Tapi agaknya calon presiden terpilih yang akan mulai memimpin di tahun 2009 ini menyadari, jika Anda sudah berani terjun dalam Pemilu, Anda harus dapat mewujudkan SEMUA amanah yang rakyat embankan di pundak Anda!!! Bukan menunjukkan ambisi yang berlebihan untuk mendapat kursi pemimpin seperti yang terjadi dalam pemilihan gubernur Jawa Timur. Sungguh memalukan!!!
Sebagai rakyat aku hanya mengharapkan yang terbaik bagi negeriku. Dan aku berharap aku dapat melakukan sesuatu yang nyata untuk negeriku di masa mendatang. Karena aku berjuang mendapatkan pendidikan tertinggi salah satunya juga demi pengabdianku untuk bangsa ini....

2 komentar:

  1. akhirnya...
    kamu muncul juga di dunia blogger...

    bagus nang...


    KEEP WRITING!!!
    ^_^

    BalasHapus
  2. Oh danang..
    mantan teman sekelasQ...
    gut
    gut
    gut nang!!!
    terusin..
    maju
    maju
    maju...
    salut salut..

    ni Hana nang!

    BalasHapus