Rabu, 13 Mei 2009

Di Antara Dua Pilihan

Aku sama sekali bukan orang yang setuju dengan pacaran. Tapi, di sini aku hanya ingin memberikan sebuah analogi.

Sebut saja Randy. Sudah sejak lama ia mengidamkan bisa bersanding dengan gadis pujaannya, Kirana. Tak hanya cantik, Kirana juga cerdas, populer, dan sangat berpengaruh di lingkungannya. Tak ada yang tak kenal Kirana di kampusnya.

Tentu saja tak hanya Randy yang menginginkan Kirana. Tapi Randy tak patah arang untuk mendapatkan wanita idamannya itu. Berbagai usaha dilakukannya untuk memikat Kirana. Sampai pada saatnya, ia menyatakan cintanya untuk memastikan apakah Kirana juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.

Terkadang hidup memang tak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Begitu juga dengan apa yang terjadi pada Randy. Kirana berkata “tidak” saat Randy memintanya untuk menjadi kekasihnya. Hati Randy hancur, namun itu tak berlangsung lama. Beberapa bulan setelah itu, Randy mendapat seorang kenalan wanita yang tak jauh berbeda dengan Kirana. Rasty, begitu nama wanita tersebut, tak perlu waktu lama untuk berkomitmen dengan Randy untuk menjadi sepasang kekasih.

Sekian lama menjalin hubungan dengan Rasty, perlahan tapi pasti, bayangan Kirana menghilang dari otak Randy. Ia sangat menikmati jalinan kisahnya dengan Rasty. Namun, pada suatu waktu, samar-samar wajah Kirana terbentuk dalam benak Randy. Dan semakin lama bayangan itu semakin konkret. Bahkan, terbayang di otak Randy untuk kembali pada cinta lamanya itu, dalam artian untuk kembali mengejar Kirana dan meninggalkan Rasty.

Sialnya, saat itu pula Rasty membawa Randy pada Kirana. Ternyata selama ini Rasty dan Kirana adalah sahabat lama. Rasty menemani Randy untuk menemaninya berkunjung ke rumah Kirana. Pertemuan itu pun berdampak sangat buruk untuk Randy. Randy semakin mantap untuk kembali memulai usahanya mendapatkan Kirana dan pergi meninggalkan Rasty.

***

Mereka menyambutku dan teman-temanku. Senyum ramah khas seorang tuan rumah yang menyambut tamunya begitu jelas mereka tunjukkan. Jas berwarna kuning kecoklatan yang merupakan identitas sekaligus kebanggaan mereka melekat indah di tubuh mereka. Mereka lalu mempersilakan kami masuk ke rumah mereka, di kampus ternama di Indonesia itu. Universitas Gadjah Mada.

Walaupun ini kunjungan keduaku di UGM, dan meski aku telah delapan bulan lebih menapaki kehidupan perkuliahan di universitas terbaik di Jawa Tengah, rasa takjubku kepada kampus nasional –yang bukan peninggalan Belanda– tertua di Indonesia itu tak pernah surut. Aura pendidikan di kampus itu begitu terasa. Bangunannya pun telah tertata rapi sehingga memiliki nilai estetika yang tinggi.

Dan saat itu pun tiba. Beberapa menit berjalan kaki dengan dipandu beberapa mahasiswa yang menyambut kami, kami dibawa ke tempat mereka mendapatkan berbagai macam materi perkuliahan. Plang bertuliskan “Fakultas Teknik UGM Jurusan Teknik Geodesi ” menyita perhatianku untuk sesaat, sambil perlahan membuka kenangan pahitku satu tahun yang lalu. Inilah tempat yang begitu kuinginkan saat aku masih berjuang untuk mendapatkan status kelulusan dari SMA. Tanggal 13 April 2008, aku ingat benar hari itu, dari pukul tujuh pagi hingga satu siang, aku terdiam di kursiku dengan diawasi sekitar enam orang pengawas demi berusaha merayu nasib untuk mengizinkanku kuliah di UGM lewat test UM UGM. Berbulan–bulan aku menyiapkan berbagai macam ilmu yang aku dapatkan di SMA agar aku maksimal di hari tersebut, demi sebuah kursi di Teknik Geodesi UGM.

Namun nasib memang tak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kampus Teknik Geodesi UGM ternyata hanya sebuah impian bagiku. Allah tidak –atau belum– mengizinkanku mendapatkan ilmu di universitas yang berposisi di Yogyakarta itu.

Hanya saja, sedikit keberuntungan mampu membawaku ke jurusan yang sama di tempat lain. Universitas Diponegoro mempersilakan aku untuk memakai jas almamater kebanggaannya. Teknik Geodesi UNDIP rela mencantumkan nama “Danang Budi Susetyo” di daftar hadir kuliahnya, yang aku tanda tangani hampir setiap hari –kecuali waktu sesekali aku titip absen.

Namun beberapa bulan belakangan aku kembali memikirkan keinginan yang sama setahun yang lalu. Aku sendiri tak tahu kenapa, tapi keinginan itu makin lama makin kuat. Aku sendiri ingin menghilangkan perasaan ini, tapi tak sanggup. Puncaknya pada tanggal 9 Mei 2009, saat jurusanku mengadakan studi banding ke Teknik Geodesi UGM. Kemapanan yang sungguh luar biasa yang ditunjukkan oleh kampus itu seolah membuatku mantap untuk kembali berikhtiar demi masa depanku, dalam artian ikhtiar yang sama dengan yang aku lakukan setahun lalu: berusaha mendapatkan Kiranaku itu dan terpaksa meninggalkan Rasty.

Aku memang belum menentukan pilihanku. Karena ini sungguh masalah yang tidak main-main. Lagipula, jadwal test SNMPTN yang menjadi peluang terakhirku untuk memasuki gerbang pendidikan UGM berbenturan dengan ujian akhir di jurusanku. Aku hanya dapat berharap Allah memberikan petunjuk kepadaku secepatnya. Dan keputusan apakah aku akan berusaha lagi untuk memasuki UGM atau tidak, aku cuma bisa berdoa semoga itu yang terbaik. Yang jelas, kalau aku memang memilih untuki mengikuti seleksi mahasiswa baru demi UGM, aku mesti memilih slah satu antara bekerja keras untuk meraih hasil maksimal di test tersebut dengan mendapat IP cemerlang di semester duaku di UNDIP.


3 komentar:

  1. wah wah wah... udah kesengse abis dengan ugm ya nang?

    cuma ingin tanya dulu ga diterima gara-gara ga lulus ujian atau karena faktor X?

    Kalau aku jadi kau dan ga diterima gara-gara faktor X pasti aku akan lupakan univ yg menolakku itu, lalu berusaha keras di univ ku yang sekarang sebagai pembuktian atas mereka yang menolakku....

    tapi kalau karena ga lulus tes...belajarlah lebih keras....:-D
    semangat!

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum,,,
    danang,,,tulisanmu semakin bagus!!!aku suka,,aku dah bisa mulai masuk dalam tulisanmu,,,menikmatinya,,,hahaha,,,biasane aku kan mumet baca tulisanmu,,,
    semangat!!!

    nie marin,,,^-^

    BalasHapus
  3. Benar benar sama dengan yang saya alami. Gagal masuk di teknik geodesi UGM dan akhirnya sekarang saya jadi mahasiswa baru teknik Geodesi Undip. Semoga diberikan yang terbaik di Geodesi Undip. tulisanya bagus, aku ikut ngerasain si hehe

    BalasHapus