Rabu, 10 Juni 2009

Dunia Mahasiswa, Sebuah Miniatur Kehidupan

Ketika seseorang sudah berada dalam sebuah frame berpikir yang pada akhirnya menciptakan sebuah mainset untuk pada akhirnya melahirkan sebuah visi di otaknya, umumnya hal itu akan berimplikasi pada perilakunya dalam kehidupan. Tak terkecuali seseorang yang telah bertekad untuk menegakkan dakwah Islam kepada lingkungan di sekitarnya. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang menjadi muara keberhasilan dari jalur-jalur pemikirannya dalam usaha-usaha syiarnya.

Tak perlu melihat terlalu jauh untuk menemukan bukti nyata dari apa yang dijabarkan di atas. Lingkup mahasiswa, yang merupakan kumpulan dari orang-orang terdidik yang heterogen, sudah cukup untuk merepresentasikan masing-masing karakter manusia pada umumnya. Begitu juga dalam urusannya dengan dakwah. Jika dalam kehidupan nyata kita menemukan ulama, maka di lingkungan kampus kita akan menemukan orang-orang yang aktif dalam kegiatan syiar melalui media organisasi. Di fakultas teknik UNDIP sendiri, organisasi yang mewadahi kegiatan keislaman adalah FSMM. Di sanalah mahasiswa yang memiliki satu paradigma dalam kaitannya dengan penegakan syariat Islam berkumpul. Kebanyakan dari mereka memiliki pola pikir yang sama tentang agama, terutama mereka yang telah lama berkutat di sana dan menjadi tulang punggung organisasi tersebut, terutama mereka yang menjadi fungsionaris.

Tentu saja sama sekali tak mengherankan jika orang-orang berada dalam satu kerangka berpikir ketika mereka berada pada sebuah tim yang sama, seperti BEM yang diisi oleh orang-orang yang bersifat kritis dan demokratis, FSMM yang diisi oleh orang-orang yang memiliki basic agama yang kuat, atau FST yang diisi oleh orang-orang progresif yang tertarik pada riset dan pengembangan. Namun adalah sebuah keunikan apabila kala orang-orang tersebut keluar dari tim tersebut, mereka seolah tetap memiliki kesamaan dalam menapaki waktu mereka, yang dapat kita lihat pada keseharian mereka. Kesamaan tersebut pada akhirnya akan melahirkan sebuah ikatan yang membuat mereka akan tetap melangkah bersama dalam mewujudkan kesamaan tujuan mereka. Dan inilah yang terlihat di FSMM. Dalam melakukan ikhtiar dakwah, mereka seolah tak pernah berada pada sebuah ikatan saja. Lihatlah, selain lewat FSMM, mereka sering sekali berkumpul untuk melakukan usaha-usaha dakwah itu melalui kegiatan tidak formal. Yang lebih mengesankan, mereka bahkan berada pada sebuah jalur politik yang sama, yang tentunya karena iklim politik tersebut dilandasi oleh apa yang mengikat mereka, yaitu Islam. Bukti nyatanya adalah kala mereka bersatu untuk mengangkat ikhwah mereka pada tatanan pemerintahan negeri ini di bawah bendera PKS.

Keunikan lainnya adalah mereka seringkali menegakkan dakwah itu juga melalui jalur politik di kampus. Sudah bukan rahasia kalau perebutan posisi presiden BEM di fakultas teknik UNDIP benar-benar merupakan miniatur dari pemilihan presiden RI. Nuansa politis begitu kental dalam proses untuk menentukan mahasiswa nomor satu di fakultas teknik tersebut. Dan seperti PKS, kader-kader rohis yang biasanya dimotori oleh para aktivis di FSMM sudah pasti akan sekuat tenaga mengusung calon yang mereka anggap akan amanah dalam menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin, sekaligus menjadi mediator dakwah yang efektif di lingkungan kampus yang menjadi wilayah kekuasannya.

Dunia mahasiswa memang sanggup mewakili kehidupan yang nyata. Dan itulah yang menjadi keunikan dari dunia yang menyenangkan sekaligus menentukan dalam hidup kita selanjutnya itu.

1 komentar: